MENANTI MALAM PENUH KEMULIAAN (LAYLATUL QADAR)

Posted on Updated on

menanti laylatul qadar

Menanti Malam Penuh Kemuliaan (Laylatul Qadar)

  1. Mari hidupkan 10 terakhir Ramadhan, carilah lailatul qadar padanya!

Asy- Syaikh Ali bin Yahya Al-Haddadi hafidzahullah :

“Maka bertaqwalah kalian wahai hamba-hamba Allah, ingatlah telah berlalu sebagian besar dari bulan Ramadhan dan tersisa sedikit saja, dan sesungguhnya hari-hari yang tersisa ini lebih baik dari yang telah berlalu maka manfaatkanlah sebaik-baiknya kesempatan ini”

Bersungguh-sungguhlah dalam membaca Kitabullah, menegakkan malam-malamnya dengan shalat, tilawah, dan dzikir.  Bersungguh-sungguhlah dalam mencari Lailatul Qadr, yang Allah -ta’ala- berfirman tentangnya :

“Sesungguhnya Kami menurunkannya (al Quran) pada malam Lailatul Qadr. Malam Lailatul Qadr adalah lebih baik dari seribu bulan. Para malaikat dan ar Ruh (Jibril) turun pada malam itu dengan ijin Rabb mereka dari segala urusan (tahun itu). Keselamatan pada malam itu hingga terbit fajar” ( Al Qadr : 1-5)

Ibadah pada malam tersebut menyamai ibadah selama lebih dari delapan puluh tahun tanpa Lailatul Qadr. Rasulullah-shallallahu alaihi wa sallam- bersbada :

( من قام ليلة القدر إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه)

“Barang siapa yang menegakkan lailatul qadr karena dorongan iman dan ihtisab (mengharap) pahala, maka Allah akan ampuni dosanya yang telah lalu”

Maka bersemangatlah kalian dalam mencarinya, terutama pada malam-malam ganjil.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

“Carilah dia pada sepuluh malam terakhir” (Muttafaqun alaih)

Beliau shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda

“Carilah Lailatul Qadr pada malam witir dari sepuluh malam terakhir” ( Muttaqun alaih)

Disyariatkan juga pada malam tersebut untuk memperbanyak membaca doa yang mencakup, terlebih dengan doa yang disebutkan dalam hadits Aisyah ketika beliau bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam,

“Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku menepati Lailatul Qadr, dengan apa aku berdoa? ”

Beliau bersabda,  Ucapkanlah :

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

“Yaa Allah Engkau adalah Maha Pemaaf mencintai maaf, maka maafkanlah aku”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan at-Tirmidzi, beliau berkata : hadits hasan shahih)

Maka perbanyaklah membaca doa ini pada sepuluh malam terakhir seluruhnya, karena Lailatul Qadr bisa terjadi di malam manapun, malam genap maupun ganjil.

Yaa Allah terimalah amalan-amalan sholih kami….

Maafkanlah kejelekan-kejelekan dan ketergelinciran kami…

Tutuplah kami dengan maaf dan magfirah Mu…

Dan dengan kemenangan mendapatkan jannah (surga) yang penuh kenikmatan…

Lindungilah kami dengan rahmat-Mu dari adzab neraka jahiim…

Sumber : “Cuplikan dari khutbah tertulis karya asy Syaikh Ali ibn Yahya al Haddady hafidzahullah.

http://www.haddady.com

2. Bagaimana menghidupkan 10 malam terakhir di bulan Ramadhan?

Dari Aisyah radhiallahu anha, beliau menceritakan “Dahulu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jika masuk sepuluh (akhir dari bulan Ramadhan) menghidupkan malam, membangunkan keluarganya dan mengencangkan ikat pinggangnya”. ( Muttafaqun alaih)

Asy-Syaikh Muhammad ibn Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan makna hadits di atas dalam Syarah Riyadhus Shalihin, beliau berkata :

” Penulis (an-Nawawi) rahimahullah menukilkan dari Ummil Mukminin Aisyah binti Abi Bakr ash Shiddiq radhiallahu anha_tentang kegiatan Rasulullah _shallallahu alaihi wa sallam pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, bahwa beliau jika telah masuk sepuluh hari terakhir mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya, bersungguh-sungguh dan bersemangat dalam ibadah -alaihi ash-shalatu wa as-Salaam-

Telah berlalu pada hadits yang sebelumnya, bahwa beliau -shallallahu alaihi wa sallam- senantiasa menegakkan shalat malam hingga pecah-pecah kedua kaki beliau, dan beliau menegakkan shalat malam lebih dari separuh malam, atau separuhnya, atau sepertigannya.

Adapun pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan beliau menegakkan semalam penuh, yakni menghidupkan seluruh malamnya dengan ibadah, dengan berbuka puasa setelah matahari terbenam, shalat isya, dan berbagai perkara yang beliau pandang sebagai bentuk taqarrub kepada Allah -azza wa jall-.

Bukan maknanya bahwa seluruh malam beliau isi dengan shalat. Dengan bukti bahwa  (istri beliau) Shafiyyah bintu Huyay bin Akhtab pernah mendatangi beliau -shallallahu alaihi wa sallam- (di tempat i’tikaf), beliau berbincang dengannya setelah shalat isya. Akan tetapi seluruh yang beliau kerjakan pada malam-malam itu adalah taqarrub kepada Allah -azza wa jalla- ,  baik berupa shalat, bersiap untuk shalat, atau selainnya.

Di sini juga terdapat dalil bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam- menghidupkan sepuluh malam akhir di bulan Ramadhan seluruhnya, akan tetapi beliau tidak menghidupkan malam selain itu. Yakni beliau tidak pernah menegakkan (menghidupkan) semalam penuh hingga shubuh kecuali di sepuluh malam terakhir dari Ramadhan. Hal itu dalam rangka mencari Lailatul Qadr.

Malam Lailatul Qadr berada di sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, terlebih pada tujuh malam terakhirnya. Inilah malam yang padanya Allah menetapkan takdir segala yang akan terjadi pada tahun itu.

Malam yang sebagaimana Allah berfirman tentangnya, ( yang artinya) :

“Lebih baik dari seribu bulan.” (Al-Qadr : 3)

Oleh karena itu beliau -shallallahu alaihi wa sallam- menghidupkannya. Barang siapa yang menegakkan Lailatul Qadr karena dorongan iman dan ihtisab (mengharapkan pahala), maka Allah akan ampuni dosa-dosanya yang telah lampau.

Sumber :  Syarah Riyadhus Shalihin, Ibnu Utsaimin (1/118)

3. Keadaan para salaf bersama al-quran di 10 terakhir Ramadhan

Sallam bin Abi Muthi’ rahimahullah berkata :

“Dahulu Qatadah rahimahullah mengkhatamkan Al-Quran setiap tujuh malam. Jika datang bulan ramadhan, maka beliau mengkhatamkannya setiap tiga malam. Jika masuk sepuluh terakhir bulan Ramadhan, maka beliau mengkhatamkannya setiap malam.” Sumber: “Siyar a’lam an-nubala'” (5/276).

•••••••••••••••••••••
Majmu’ah Manhajul Anbiya | Telegram https://tlgrm.me/ManhajulAnbiya | Situs Resmi http://www.manhajul-anbiya.net

Leave a comment